top of page

Anak saya terkena stunting, bagaimana penanggulangannya?

Setelah bunda paham tentang apa itu stunting serta seperti apa bahaya dan gejalanya, maka saat ini adalah saat yang tepat untuk bunda mengerti bagaimana cara menanggulanginya. Tingginya angka balita pendek atau stunting memang saat ini tengah menjadi salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar dari Departemen Kesehatan, menyebutkan bahwa prevalensi balita pendek (stunting) di Indonesia masih tinggi, yakni satu di antara tiga anak balita. Jika tidak segera ditangani, stunting ini akan tumbuh menjadi potensi kelainan genetis pada generasi kedepan yang semakin pendek tubuhnya. Hal ini diungkapkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi gizi kurang dan pendek di Indonesia cukup mengalami penurunan menjadi masing – masing 17,9% dan 35,6% namun masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu mendapatkan penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan.

Perlu ditekankan kembali bahwa salah satu penyebab anak mengalami stunting adalah karena calon ibu yang kekurangan gizi mikro pada saat masa pra kehamilan dan selama kehamilan. Padahal jika diteliti, zat gizi mikro adalah zat gizi dalam makanan yang juga dibutuhkan tubuh dalam meskipun hanya dalam jumlah kecil atau sedikit. Jika seseorang kekurangan zat gizi mikro maka sistem metabolisme dalam tubuh mereka dapat terganggu. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah stunting maka cara yang paling efektif adalah dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang stunting itu sendiri kepada calon ibu. Hal ini tentu saja demi melakukan pencegahan agar calon bayi yang ada dalam kandungan kelak tidak akan mengalami kekurangan nutrisi karena minimnya pengetahuan sang calon ibu akan penyebab stunting ini. Contoh nyata nya adalah dengan memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian kolostrum kepada anak. Tahukah bunda bahwa kolostrum adalah sebutan ilmiah untuk air susu yang pertama kali keluar setalah ibu melahirkan? Mengapa kolostrum penting untuk diberikan kepada anak? Jawabannya adalah karena kolostrum mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh yang penting untuk tumbuh kmbang organ dalam bayi, selain itu Kolostrum juga banyak mengandung karbohidrat, protein, serta antibodi, dan sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi).

Selain mengetahui pentingnya Kolostrum, calon ibu juga harus memahami mengenai cara pencegahan anemia defisiensi besi selama masa nifas. Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pun berkurang. Terdapat 3 Penyebab anemia defisiensi besi :

1. Kehilangan darah secara kronis

Sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan seperti luka operasi, persalinan dan perdarahan akibat penyakit, sementara pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak wanita yang tidak sadar kalau darah haidnya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi besi. Sepanjang usia produktif, wanita akan mengalami kehilangan darah akibat peristiwa haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20 – 25cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5 – 15 mg/bulan, atau kira-kira sama dengan 0,4 – 0,5 mg sehari.

2. Asupan dan serapan tidak memenuhi syarat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Disamping banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20 – 30%. Sayangnya sebagian penduduk yang (belum) sedang berkembang tidak (belum) mampu menghadirkan bahan makanan tersebut dimeja makan. Ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.

3. Peningkatan kebutuhan

Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan besi ini diduga sebanyak 14µg/kgBB/hari. Jika dihitung menurut jenis kelamin kehilangan basis zat besi untuk orang dewasa laki-laki mendekati 0,9 mg dan wanita 0,8 mg.

Selama menyusui zat besi yang harus hilang bersama darah haid dialihkan sebagian (kira-kira 0,3mg) kedalam air susu ibu (ASI) sebagian tambahan kehilangan basal. Kehilangan zat besi yang bersifat fisiologis terutama terjadi akibat dekuaminasi sel-sel mukosa saluran cerna yang mengandung zat besi, besarnya kehilangan itu sekitar 1mg/hari.

Selanjutnya bunda juga harus meningkatkan asupan nutrisi tubuh anak pada usia 1000 hari pertama dengan menambah porsi makan 2 kali setiap harinya, meningkatkan variasi makanan (makanan berserat, protein hewani, kacang – kacangan, buah dan sayur), menurunkan kinerja (menambah pola istirahat), meneruskan pemberian ASI selama anak sakit, menjaga jarak kehamilan, serta melakukan metode kontrasepsi amenorhoe laktasi bagi ibu menyusui. Kemudian tidak hanya pada gizi untuk anak dan si ibu, tetapi yang tidak kalah penting juga adalah ibu juga harus memperhatikan lingkungan sekitar dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam rumah tangganya. Kesemua hal ini adalah satu metode yang terintegritas untuk melakukan pencegahan agar anak bunda tidak terserang stunting sejak awal.


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page