top of page

Waspada Bahaya dan Dampak Stunting pada Anak


Tanpa disadari, bahaya stunting mulai mengancam pertumbuhan anak-anak Indonesia, terutama pada balita. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal(Frongillo et al., 1997).

Dampak dari stunting akan mempengaruhi peningkatan resiko kesakitan, terhambatnya perkembangan otak, kurangnya pengetahuan, minimnya prestasi belajar dan pendeknya periode bersekolah. Selain itu stunting juga memiliki gejala jangka pendek (masa anak-anak) dan gejala masa panjang (masa dewasa) yang sama-sama berbahaya. Pada jangka pendek, gejala stunting yaitu berupa hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan pada sistem pembakaran di dalam tubuh. Sedangkan untuk gejala masa panjang, stunting dapat menyebabkan obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Di Indonesia 23 juta balita sekitar 7,6 juta anak balita tergolong stunting (35,6%)terdiri dari 18,5% balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Angka prevalensi ini diatas ambang batas yang disepakati secara universal, batas non public health problem yang ditolerir oleh badan kesehatan dunia (WHO) hanya20% atau seperlima dari jumlah total balita di suatu negara(Depkes RI, 2010).

Tanpa disadari, bahaya stunting mulai mengancam pertumbuhan anak-anak Indonesia, terutama pada balita. Maka dari itu ayo mencegah anak terlahir dalam keadaan stunting dengan pemenuhan kebutuhan gizi sejak ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita minimal sampai usia 2 tahun.


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page